Konten dihapus Konten ditambahkan
sanes nanaon
←Ngabolaykeun révisi 275368 ku 182.4.85.27 (Obrolan)
Baris ka-1:
[[Gambar:Arjuna M.jpg|thumb|Arjuna]]
Perang Bharatayuda adalah perang besar yang melibatkan banyak negara serta berbagai sosok dan karakter yang saling bertempur. Perang Bharatayuda adalah perang saudara yang tidak hanya mengadu fisik untuk meraih kemenangan, namun kemantapan niat, kecondongan hati, huru-hara emosi, bergumul memperebutkan jati diri. Perang Bharatayudha membuat banyak tokoh-tokoh yang berperan didalamnya menjadi “menderita” karena hatipun ikut berperang antara bisikan nurani melawan “keterpaksaan” mengangkat jiwa ksatria.
'''Arjuna''' ([[Basa Sangsakerta]] '''अर्जुन'''; '''Arjun'''; '''Arjuna'''), nyaéta salasahiji tokoh [[protagonis]] dina [[wiracarita]] [[Mahabarata]], nu ogé loba dicaritakeun dina [[wayang|pawayangan]]. Arjuna téh putra panengah [[Pandawa]], ti [[Déwi Kunti]] mah katilu da [[Nakula]] sareng [[Sadéwa]] mah putra ti [[Déwi Madrim]]. Anjeunna kagungan putra diantawisna [[Abimanyu]] sareng [[Irawan]]. Anjeunna parantos dikantun pupus ku ramana nalika alit keneh. Nami ramana [[Pandu Déwanata]]
 
{{pondok}}
Diantara tokoh-tokoh yang “setengah hati” dalam menjalani perang besar itu adalah Resi Bhisma, Begawan Durna, Prabu Salya dan Adipati Karna.
 
[[Kategori:Pandawa]]
Uraikan bagaimana sebenarnya kiprah mereka dalam perang Bharatayudha ! (hubungan persaudaraan antara pihak yang berperang Pandawa-Kurawa, upaya yang telah dilakukan menghindari perang tuk menciptakan perdamaian, peranan dan kontribusi serta perbedaan antara sikap hati dengan sikap tindakan
 
[[bjn:Arjuna]]
Jawaban Ali Mustofa
[[bn:অর্জুন (পাণ্ডব)]]
 
[[cs:Ardžuna]]
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
[[cy:Arjuna]]
Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
[[da:Arjuna]]
 
[[de:Arjuna (Epos)]]
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
[[en:Arjuna]]
 
[[es:Arjuna]]
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
[[fr:Arjuna]]
 
[[gu:અર્જુન]]
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
[[hi:अर्जुन]]
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
[[id:Arjuna]]
 
[[it:Arjuna]]
Jawaban Pak Baskara
[[ja:アルジュナ]]
 
[[jv:Arjuna]]
A3. Kisah Begawan Dorna.
[[kn:ಅರ್ಜುನ]]
 
[[ml:അർജ്ജുനൻ]]
Semasa mudanya, Begawan Dorna bernama Kumbayana, berasal dari Negeri Atasangin. Kala itu, dia mempunyai sahabat, yang kemudian menjadi raja di negeri yang terpisahkan laut dengan Atasangin. Ketika Kumbayana bermaksud menyusul sahabatnya itu, dia terhenti di pinggir laut, dan keluarlah sumpahnya yaitu barangsiapa yang bisa membantunya menyeberang, bila pria diangkat saudara, bila wanita dijadikan isterinya. Datanglah seekor kuda Sembrani, yang sesungguhnya jelmaan bidadari bernama Dewi Wilutama, membantunya menyeberang, dengan cara terbang melintasi lautan. Setelah sampai di seberang, lahirlah bayi yang diberi nama Aswatama, dan Wilutama kembali ke kahyangan.
[[mr:अर्जुन]]
 
[[ms:Arjuna]]
Tinggallah Kumbayana yang harus merawat anaknya, meneruskan mencari sahabatnya yang telah menjadi raja. Sampai di istana, Kumbayana tidak mengindahkan tatakrama, ingin segera menemui sahabatnya.
[[nl:Arjoena]]
 
[[pl:Ardźuna]]
Akibatnya, patih negeri itu, yang bernama Gandamana, sangat marah, dan menghajar Kumbayana hingga fisiknya cacat, dan diusir pergi. Terlunta-lunta sambil membesarkan anaknya, Kumbayana melatih ilmu kanuragan, kemudian bergelar Pendita Durna atau Begawan Durna. Berkat ketekunannya, Begawan Durna mumpuni dalam ilmu kanuragan. Dalam pengembaraannya, suatu hari Durna bertemu anak-anak keluarga Hastina yang masih remaja, yaitu Kurawa dan Pendawa, yang sedang bermain dan kehilangan bola mereka, yang jatuh ke dalam sumur mati. Mereka tidak bisa mengambilnya. Begawan Durna menunjukkan kemahirannya, mengambil bola itu dengan menggunakan ujung rumput yang dilempar berturut-turut menancap pada bola, sambung menyambung
[[pt:Arjuna]]
menjadi tali. Berkat kesaktiannya, Durna diangkat menjadi guru yang mengajar Pendawa dan Kurawa, dan selanjutnya menetap di Hastina. Aswatama juga ikut bermukim di Hastina.
[[ru:Арджуна]]
 
[[sk:Ardžuna]]
Dalam Perang Bharatayudha, Durna membela Kurawa, dan gugur di tangan Drestajumena.
[[sv:Arjuna]]
 
[[ta:அருச்சுனன்]]
C3- Begawan Durna dalam versi Jawa adalah tokoh jahat, yang banyak mempengaruhi perbuatan jahat Duryudana. Bahkan bersedia menjerumuskan muridnya sendiri, Bima, dalam kisah Dewa Ruci. Tapi dalam versi Mahabharata India, tokoh jahatnya adalah Sengkuni, paman Duryudana.
[[te:అర్జునుడు]]
 
[[th:อรชุน]]
Satu hal yang menarik, nama Durna ternyata dikenal juga di luar Indonesia dan India, yaitu dalam novel-novel cerita silat Tiongkok. Menteri jahat pada cerita-cerita silat itu, sering disebut sebagai “menteri dorna”.
[[uk:Арджуна]]
 
[[vec:Arjuna]]
Jawaban Pak Widji
 
1. Hubungan Keluarga Pandowo & Kurawa
 
Sama-sama menjadi guru ilmu perang dan kesaktian lainnya oleh Pandowo & Kurowo
 
2. Usaha Menciptakan Perdamaian dan menghindari perang
 
Perang Baratayuda tidak perlu terjadi, tapi negara Astina agar dipecah-pecah, kota yang kecil kecil untuk Pandowo dan yang besar-besar untuk Kurawa. Hal ini Begawan Durno menjamin bahwa perang tidak akan terjadi. Tapi Duryudono tidak setuju.
 
3. Peranan dan Konstribusi
 
Peranan,
 
- Penasehat Raja termasuk membuat / mengatur siasat perang dan pujangga Astina.
 
- Mencari bala bantuan Senopati untuk membantu Kurwa.
 
Konstribusi,
- Idenya mengakibatkan gugurnya Abimanyu, dengan siasat perang “SINAPIT URANG”.
 
- Mempengaruhi ribuan bala bantuan Senopati (Muridnya sendiri) agar membantu Kurawa.
 
Membunuh Prabu Drupodo
 
4. Perbedaan Sikap Hati & Tindakan
 
Sikap hati,
 
-Berusaha mencegah terjadinya perang tapi gagal karena ditolak Prabu Duryudono.
-Tidak tega melawan Pandowo karena Pandowo juga muridnya
 
-Tindakan sebenarnya,
 
Mau berperang karena terpaksa, agar anak satu-satunya yaitu Aswotomo kelak hidupnya lebih terjamin.
 
-Menjalankan siasat perang “SINAPIT URANG” untuk memikut Puntodewo, tapi digagalkan oleh Abimanyu, dan akhirnya Abimanyu gugur setelah diranjab ribuan senjata.
 
-Membuat Prabu Drupodo gugur terkena panah Cundo Manik milik Begawan Durno
 
- Begawan Durno kendor dalam berperang dan bingung serta tidur-tiduran disemak-semak setelah mendengar berita bahwa anak satu-satunya Bambang Aswotomo gugur, akhirnya begawan Durno gugur setelah dipangkas lehernya dari belakang oleh Dresto Jumena (Putra Prabu Drupodo). Dresto Jumeno melakukan ini tidak sadar setelah kemasukan roh prabu Palgunadi yang sebelumnya dibunuh oleh Durno secara tidak manusiawi.