Konten dihapus Konten ditambahkan
Ilhambot (obrolan | kontribusi)
m Ngarapihkeun éjahan, replaced: beda → béda (3), meter → méter, periode → périodeu
Ilhambot (obrolan | kontribusi)
m →‎Zaman Besi: Ngarapihkeun éjahan, replaced: metoda → métodeu , metode → métodeu
Baris ka-18:
Pedang beusi ngalaman roronjatan pamakéanna dina [[abad ka-13 SM]]. Bangsa Hittie, Mycéania, Yunani, jeung Proto-Celtic Halstatt ngabogaan kabudayaan anu aya patalina jeung pamakéan mimiti pedang beusi. Beusi ngabogaan kaonjoyan dina produksi sacara loba jeung ketersediaan bajan baku yang banyak. Pedang besi pada masa awal tidak bisa dibandingkan dengan pedang baja masa sekarang; lebih lunak dan rapuh, ini bahkan lebih jelek daripada pedang perunggu yang bgus kualitasnya, tetapi dengan produksi yang lebih mudah, ketersediaan bahan baku membuat seluruh pasukan dapat menggunakan senjata logam, walaupun pasukan mesir pada zaman perunggu sudah melengkapi pasukkannya dengan senjata perunggu.
 
Kemudian para penempa mempelajari bahwa menambahkan sejumlah karbon ( dimasukkan pada saat peleburan dalam bentuk bebatuan ) kedalam besi, mereka dapat membuat logam yang lebih baik ( sekarang dikenal dengan sebutan "besi baja" ). Beberapa metodamétodeu yang berbéda dalam pembuatan pedang telah ada dalam masa lalu, termasuk, yang paling terkenal, pembentukan pola. Selanjutnya, metode yangmétodeuyang berbéda berkembang di seluruh dunia.
 
Ketika memasuki zaman klasik antik dan bangsa Parthia dan Sassanid di Iran, pedang besi sudah menjadi umum. Xiphos dari yunani dan [[Gladius]] dari Romawi adalah contoh séjénis, memiliki panjang 60–70 cm. Kekaisaran Roma akhir memprkenalkan Spatha yang lebih panjang ( istilah untuk pemakainya, spatharius, menjadi pangkat kerajaan di Konstantinopel ), dan mulai saat itu, istilah "pedang panjang" dialamatkan pada pedang yang termasuk panjang dalam périodeu ini.